Storm Rider: Seni Menunggangi Badai dalam Kasus Gus Miftah
Bagian 2
Oleh: Hasyim Arsal Alhabs, Direktur Dehills Institute
KABARINDO, JÀKARTA - Dalam dunia komunikasi publik, badai seringkali menjadi ujian bagi figur publik, organisasi, atau lembaga. Salah satu contoh nyata adalah apa yang dialami oleh Gus Miftah, seorang pendakwah yang dikenal karena pendekatannya yang inklusif dan gaya ceramahnya yang menyentuh berbagai kalangan. Badai kritik yang sempat menghampirinya adalah contoh klasik bagaimana seorang figur publik dapat menjadi Storm Rider—menunggangi badai dan menemukan kekuatan di balik tantangan.
Badai yang Dihadapi Gus Miftah
Sebagai seorang pendakwah, Gus Miftah tidak luput dari sorotan. Keberaniannya berdakwah di tempat-tempat yang dianggap “tidak biasa,” seperti klub malam atau komunitas marginal, memicu perdebatan di berbagai kalangan. Kritik datang dari banyak arah, mulai dari mereka yang meragukan metodenya hingga yang mempertanyakan keabsahan pendekatannya dalam dakwah Islam. Namun, badai kritik ini justru menjadi titik balik penting yang menunjukkan bagaimana seorang Storm Rider dapat memanfaatkan tekanan menjadi peluang.
Menemukan Aspek Positif dalam Badai
Badai kritik terhadap Gus Miftah pada akhirnya menghasilkan beberapa hal positif yang justru memperkuat posisinya sebagai pendakwah yang relevan dan berpengaruh:
1. Menarik Perhatian Lebih Luas:
Badai kritik membuat nama Gus Miftah semakin dikenal. Alih-alih hanya dikenal oleh komunitas tertentu, kini ia menjadi figur nasional yang diperbincangkan di berbagai platform. Dalam dunia komunikasi, perhatian ini adalah modal besar yang, jika dikelola dengan baik, dapat menciptakan dampak positif.
2. Menguatkan Identitas dan Nilai:
Di tengah badai, Gus Miftah tetap konsisten dengan prinsip dan pendekatannya. Konsistensi ini justru memperkuat identitasnya sebagai pendakwah yang inklusif dan berani menjangkau komunitas yang selama ini sering terpinggirkan. Badai tersebut menjadi cermin yang memperjelas siapa dirinya sebenarnya.
3. Memunculkan Dialog dan Pemahaman Baru:
Kritik terhadap pendekatan Gus Miftah memicu dialog publik tentang dakwah Islam yang lebih inklusif. Ini membuka ruang diskusi tentang bagaimana Islam dapat hadir di tempat-tempat yang sebelumnya dianggap “tidak layak” untuk dakwah, seperti tempat hiburan malam. Dialog ini memperkaya pemahaman masyarakat tentang keberagaman metode dakwah.
4. Memberikan Inspirasi untuk Orang Lain:
Cara Gus Miftah menghadapi badai menjadi inspirasi bagi banyak orang, khususnya bagi mereka yang merasa dikritik karena metode atau pendekatan yang tidak konvensional. Ia menunjukkan bahwa badai kritik tidak harus mematahkan semangat, melainkan dapat menjadi peluang untuk memperluas dampak positif.
Menjadi Storm Rider: Mengubah Tantangan Menjadi Peluang
Kasus Gus Miftah mengajarkan kita bahwa badai, sebesar apapun, selalu memiliki sisi positif, terutama bagi mereka yang memilih untuk menjadi Storm Rider. Kuncinya adalah:
1. Tetap Tenang di Tengah Badai:
Gus Miftah tidak melawan kritik dengan amarah, melainkan dengan penjelasan yang jernih dan konsisten. Ia memilih untuk berdialog daripada berdebat.
2. Memegang Teguh Prinsip:
Prinsip inklusivitas dan keberanian untuk berdakwah di tempat yang sulit tetap menjadi inti pendekatannya, meskipun banyak kritik datang.
3. Mengelola Perhatian dengan Bijak:
Perhatian yang timbul dari badai kritik dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan-pesan positif, baik melalui media sosial maupun platform lainnya.
Badai adalah Berkah Tersembunyi
Badai, dalam konteks apa pun, seringkali dianggap sebagai ancaman. Namun, bagi seorang Storm Rider seperti Gus Miftah, badai adalah kesempatan untuk tumbuh, menguatkan nilai-nilai, dan memperluas pengaruh. Ketika badai berlalu, yang tersisa bukan hanya ketenangan, tetapi juga pengakuan dan penghormatan yang lebih besar.
Sebesar apapun badai yang dihadapi, jika dihadapi dengan kebijaksanaan, ketenangan, dan keteguhan, badai tersebut akan menjadi bagian dari perjalanan yang memperkuat. Pada akhirnya, badai adalah alat yang membantu membangun narasi yang lebih besar, lebih kuat, dan lebih berdaya guna. Gus Miftah telah membuktikan bahwa badai, jika ditunggangi dengan benar, akan selalu bermakna positif. Foto: Dok. Pribadi
Comments ( 0 )