Badai Siklon 04B Bergerak di Selat Malaka

Badai Siklon 04B Bergerak di Selat Malaka

KABARINDO, ACEH--Badai siklon (cyclonic storm) 04B terdeteksi terbentuk di wilayah dekat Kota Langsa, Aceh, tepatnya di Selat Malaka, Rabu (26/11). Sistem cuaca ini bergerak ke arah barat laut dengan kecepatan sekitar 6 km per jam (3 knot) dalam enam jam terakhir.

Dikutip Nukilan.id dari Pusat Peringatan Topan Gabungan (JTWC), tinggi gelombang signifikan maksimum yang ditimbulkan badai tersebut mencapai 4 meter (13 kaki).

Dalam perkiraan awal, 04B diprediksi bergerak ke arah barat dalam 24 jam ke depan. Dari sisi intensitas, sistem ini diperkirakan akan menguat selama 12 jam karena masih berada di atas perairan dengan tingkat geseran angin yang rendah hingga sedang. Setelah itu, interaksi dengan medan daratan akan membuat 04B mengalami pelemahan.

JTWC juga memproyeksikan bahwa setelah 24 jam, lintasan badai akan berbelok kembali ke timur. Perubahan arah ini dipengaruhi oleh adanya pusaran dangkal di atas daerah pegunungan Sumatra bagian utara serta pengarah tingkat rendah yang menjadi faktor utama pergerakan sistem.

Saat badai mulai memasuki wilayah daratan Sumatra utara, pusaran diperkirakan terus melemah. Proses disipasi atau hilangnya sistem 04B diprediksi terjadi dalam waktu sekitar dua hari. (XRQ).

Rapat Bencana Sumatera

Sementara itu, Pemerintah Indonesia menggelar rapat terbatas lintas kementerian untuk membahas percepatan penanganan kondisi darurat bencana hidrometeorologi yang terjadi di sejumlah wilayah di Pulau Sumatera, termasuk Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

Deputi Operasi dan Kesiapsiagaan Basarnas Edy Prakoso yang dikonfirmasi di Jakarta, Kamis, membenarkan bahwa rapat tingkat menteri akan digelar pada siang nanti dan dipimpin Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno.

“Betul, kita akan rapat tingkat menteri membahas bencana di beberapa wilayah, khususnya Sumatera, dengan beberapa gubernur dan bupati yang terdampak,” ujarnya.

Dia menjelaskan rapat dijadwalkan berlangsung pukul 13.00 WIB nanti di Ruang Pusdalops Graha BNPB, Jakarta Timur, dan diikuti jajaran kementerian teknis bersama pimpinan Basarnas, BNPB, BMKG, TNI/Polri, serta gubernur bupati dan wali kota.

Forum tersebut digelar untuk mengevaluasi langkah darurat dan mempercepat dukungan logistik, evakuasi, serta pemulihan awal di wilayah terdampak bencana cuaca hujan ekstrem dalam sepekan terakhir.

Laporan Basarnas menunjukkan bahwa banjir bandang dan tanah longsor berdampak signifikan di Kabupaten Tapanuli Tengah. Bencana melanda sejumlah kecamatan, yakni Badiri, Pinangsori, Lumut, Sarudik, Tukka, Pandan, Sibabangun, Tapian Nauli, dan Kolang.

Data sementara per Rabu (26/11) malam mencatat lebih dari 1.902 keluarga terdampak, dengan jumlah terbesar berada di Kecamatan Kolang sebanyak 1.261 keluarga. Basarnas mengkonfirmasi satu keluarga beranggotakan empat orang di daerah itu meninggal akibat tertimbun longsor.

Kemudian di Kabupaten Tapanuli Selatan, banjir bandang dan longsor melanda wilayah Aek Ngadol, Hutagodang, Garoga, Batuhoring, dan Hapesong Baru di Kecamatan Batang Toru. Basarnas mencatat ada enam warga meninggal akibat banjir bandang dan tujuh warga terdampak longsor di Parsariran, Hapesong Baru.

Sementara itu, di Kota Sibolga, dampak paling signifikan terjadi di Kecamatan Sibolga Selatan. Delapan warga dinyatakan meninggal dunia dan 21 orang dilaporkan hilang berdasarkan laporan yang diterima posko SAR hingga Rabu malam.

Untuk mendukung penanganan pengungsi, Kantor SAR Nias memastikan sedikitnya tiga lokasi pengungsian telah beroperasi, yaitu GOR Pandan di Tapanuli Tengah, gedung SMPN 5 Parombunan di Kota Sibolga, serta RS Bhayangkara Batang Toru dan titik pengungsian desa setempat di Tapanuli Selatan.

Source: ANTARA